Urusan Nomor.

Pemilu presiden kali ini ribetnya luar biasa, deh. Gue anaknya gak suka politik dalam hal apapun, gue bukan nasionalis, gue gak patriotis, apapun itu. Politik kantor aja gue eneg apalagi beginian. Dan kayaknya emang belum ada niat untuk mau mengerti, sih. Tapi somehow, karena tiap hari suka-gak-suka gak sengaja baca obrolan pilpres lewat timeline socmed ataupun chit-chat basa-basi (yang awalnya mungkin harmless tapi berpotensi berantem), lama2 gak bisa dipungkiri ya kepikiran juga. Ada kali 2 minggu jelang pilpres kerjaannya bengong2 gitu mau milih siapa, kenapa, motifnya apa, apa yang mungkin terjadi sampe si fulan ambil jalan dan keputusan ini dan itu,  potensinya di masa depan kira2 apa, blablabla bliblibli.

Tapi disini gue gak mau bahas pilih siapa dan kenapa. Gue males ah debat2 -_-;. Gue mau keep it as a secret aja. Apa yang gue lakukan di bilik suara nanti itu urusan gue dan Allah SWT :). Jadi ntar kalau bisa gak usah nanya dan gak usah promo di komen, ya. Disini, gue cuma mau cerita2 aja tentang apa yang gue temukan selama kehebohan pilpres ini, dan apa pengaruhnya terhadap gue.

Yang jelas, gue termasuk salah satu di antara sekian banyak swing voters. Terus dengan naifnya sempet ngarep ada capres nomor tiga yang tau2 muncul dan bisa membuat proses memilih jauh lebih mudah (tapi gimana kalau tau2 yang muncul lebih bikin galau lagi? Mampus lo, Man :)) ).

Tadinya sempet condong satu pilihan tertentu (tapi tetap diam karena aku anaknya keren *lah*), lalu berita2 di media mulai sedikit2 bikin goyah. Meski udah berusaha keraaaasss banget untuk inget bahwa berita yang disebarkan itu gak selalu benar, kebanyakan fitnah, tetep aja, saking kenceng dan rutinnya, lama2 ragu juga. Rasanya kayak buoy detektor gempa di laut lepas : terombang-ambing.

Lalu sempet mikir2 juga, sok2 kayak profiler dan ahli baca micro expression. Berkali2 mikir, calon yang itu kayaknya dijebak deh, soalnya kalau beneran dia yang salah dia pasti gak bakal begini dan begitu. Calon yang ini kayaknya diancam deh, soalnya ngapain juga dia jelas2 mengambil langkah dodol yang menunjukkan dia gak kompeten blablabla. Tapi sama aja, yang ada bikin tambah bingung.

Terus sempet pengen golput aja, tapi kata nyokap gak boleh T-T (TAPI AKU BINGUNG, MAMAAAA)

Terus tadinya sempet merasa, ah mungkin kapasitas gue emang kurang ya buat menilai yang begini2, jadi sempet pengen nyontek pilihan orang lain di sekitar gue :)). Tentunya yang gue hormati opininya. Tapi setelah bahas2 yang ada gue makin bingung lagi, yang ada malah kadang ujungnya sebel. Karena ternyata beberapa alasan mereka memilih itu gak cocok sama prinsip gue. Ada yang terlalu fanatis, ada yang gue anggap gak logis.

Yang lucu, banyak dari pendapat mereka itu yang awalnya gue gak pernah sangka bahwa orang tersebut akan berpikir seperti itu. Semisal, orang yang gue anggap bijak ternyata menurut gue memilih nomor tertentu karena alasan fanatis (dan menurut gue itu gak bijak). Orang yang tadinya vokal dan kelihatan paham banget soal politik, eh belakangnya milih nomor tertentu karena alasan yang menurut gue ga nyambung babar pisan – curiganya karena pas declare milih nomor tertentu pas lagi emosi. Terus orangnya gak mau bahas2 politik lagi di socmed (yang mana gue sebenernya gatel mau ngomong “DARI KEMAREN NGAPA” tapi gak gue lakukan karena gue anaknya sopan :)) *ngikik nyebelin*)

Terus, belum lagi liat ribut2 di social media. Ada loh temen gue yang slek terus jadi saling sinis satu sama lain gara2 pilpres ini. Semoga aja berantemnya gak jangka panjang, ya 😦

Jujur ya, gara2 socmed ini gue unfollow newsfeed beberapa orang di, abis yang ada malah bikin sebel, jadi daripada hatiku kotor padahal aku lagi puasa, jadi dadahbabay aja.

Gue makin gugup karena bahkan sejam sebelum nyoblos ini pun gue masih ragu mau pilih siapa. Apa diem2 golput aja yaaa… apa milih yaaa, begitu terus.

Akhirnya setelah melewati perjalanan yang kerasa amat sangat panjang, gue rasa, menurut gue loh ya, pada akhirnya yang paling penting bukanlah apa pilihan gue, tapi gimana gue bereaksi pada situasi membingungkan ini, dan gimana gue bisa ikhlas untuk menerima dampak keputusan gue nanti, baik untung dan ruginya.

Karena, mau dipikir sampe botak pun, gue gak akan pernah tahu motif dan hati seseorang. Mau berpegang pada teori dan pendapat dari ahli mana pun, manusia itu gudangnya error, lo gak akan pernah bisa tahu dia bersaksi/ngomong dengan niat tulus, atau karena dia diam2 serakah, or worse, bisa juga karena karena anaknya butuh makan dan dia gak ada pilihan selain mengkompromikan nama baiknya. Gak guna juga lo memilih satu calon karena idola/orang yang lo hormati bilang dia pilih si fulan, kecuali lo bisa ngintip dia di bilik suara, gak ada yang bener2 bisa dipercaya.

Jadi, gue mau percaya sama diri gue sendiri aja, dengan alasan yang cuma gue yang tahu, dan setelah itu gue gamau ngomongin lagi, ah. Gue percaya, setelah berdoa minta yang terbaik, pasti dikasih yang terbaik sama Allah SWT.

Selamat memilih dan jangan berantem, ya. Menuntut sempurna itu gak ada gunanya, bikin kita gak sadar bahwa kita itu masih diberkati banyak hal baik.

Semangat!

Mandhut.

15 thoughts on “Urusan Nomor.

  1. Manda, setauku, buoy di laut untuk deteksi kedatangan gelombamg tsunami, alat ini tersambung dengan obu (ocean bottom unit) yang ada di dasar laut untuk deteksi gempa dan perubahan permukan laut yang diakibatkan gempa tsb, karena akan jadi salah satu dasar perkiraan apakah tsunami akan terjadi. 😀

    oot ah, bosen pilpres mulu topiknya dimana-mana

Leave a comment